BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemahaman
tentang pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran
sangatlah penting, terutama dalam konteks penguasaan konsepsional terhadap
pembelajaran.
Pendekatan
inovatif dalam strategi pembelajaran diperlukan untuk mengatifkan keterlibatan
siswa secara mandiri dalam proses pembelajaran melalui kegiatan pembelajaran
yang berorientasi pada proses penemuan (discovery)
dan pencarian (inquiry). Dimana
pendekatan pembelajaran dapat memberikan dampak positif terhadap kegiatan
pembelajaran. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat kita gunakan dalam
kegiatan pembelajaran, salah satunya adalah pendekatan belajar kooperatif (cooperative learning). Oleh sebab itu
dalam makalah ini kita akan bahas lebih jauh mengenai cooperative learning itu sendiri, dari pengertian hingga metode –
metode yang dapat kita gunakan.
B.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui makalah ini adalah agar
para mahasiswa khususnya dan para pembaca umumnya memiliki pemahaman tentang :
1. Cooperative Learning ( Pembelajaran Kooperatif).
2. Ciri – ciri dari Cooperative Learning ( Pembelajaran
Kooperatif).
3. Tujuan dari Cooperative Learning ( Pembelajaran
Kooperatif).
4. Model – model Cooperative Learning ( Pembelajaran
Kooperatif).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Cooperative Learning
Sebelum Perang Dunia II,
teoretisi sosial seperti Allport, Watson, Shaw, dan Mead mulai membangun teori
pembelajaran kooperatif setelah menemukan bahwa kerja kelompok lebih efektif
dan efisien dalam kuantitas, kualitas, dan produktivitas secara keseluruhan
jika dibandingkan dengan bekerja sendiri . Namun, tidak sampai 1937 ketika
peneliti Mei dan Doob menemukan
bahwa orang yang bekerja sama dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama,
yang lebih berhasil dalam mencapai hasil, dibandingkan mereka yang diupayakan
secara mandiri untuk menyelesaikan tujuan yang sama. Selain itu, mereka
menemukan bahwa berprestasi independen memiliki kemungkinan yang lebih besar
menampilkan perilaku kompetitif. Filsuf dan psikolog di tahun 1930-an dan 40's
seperti John Dewey, Kurt Lewin, dan Morton Deutsh juga dipengaruhi teori
pembelajaran kooperatif dipraktekkan saat ini. Dewey percaya bahwa sangat
penting bahwa siswa mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sosial yang
dapat digunakan di luar kelas, dan dalam masyarakat demokratis. Teori ini
digambarkan siswa sebagai penerima aktif pengetahuan dengan mendiskusikan
informasi dan jawaban dalam kelompok, terlibat dalam proses belajar bersama
daripada menjadi penerima pasif informasi (misalnya guru berbicara, siswa
mendengarkan). Lewin kontribusi untuk pembelajaran kooperatif didasarkan pada
gagasan membentuk hubungan antara anggota kelompok agar berhasil melaksanakan
dan mencapai tujuan pembelajaran. kontribusi Deutsh untuk pembelajaran kooperatif
adalah saling ketergantungan sosial yang positif, gagasan bahwa siswa
bertanggung jawab untuk berkontribusi terhadap pengetahuan kelompok. Sejak itu,
David dan Roger Johnson telah aktif memberikan kontribusi bagi teori
pembelajaran kooperatif. Pada tahun 1975, mereka mengidentifikasi bahwa
pembelajaran kooperatif dipromosikan saling menyukai, komunikasi yang lebih
baik, penerimaan yang tinggi dan mendukung, serta menunjukkan peningkatan dalam
berbagai pemikiran strategi antara individu dalam kelompok tersebut . Siswa yang menunjukkan
untuk lebih kompetitif kekurangan dalam interaksi mereka dan kepercayaan dengan
orang lain, serta keterlibatan emosional mereka dengan siswa lain. Pada tahun
1994 Johnson dan Johnson menerbitkan 5 elemen (saling ketergantungan positif,
tanggung jawab individu, interaksi face-to-face, keterampilan sosial, dan
pengolahan) penting untuk kelompok yang efektif belajar, prestasi, dan lebih
tinggi-tatanan sosial, pribadi dan keterampilan kognitif (misalnya, pemecahan
masalah, penalaran, pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian, dan
mencerminkan).
B.
Pengertian Cooperative Learning
Menurut Slavin
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting
kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok
sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi
sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi
narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa cooperative learning adalah strategi pengajaran yang sukses
di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari berbagai tingkat kemampuan,
menggunakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang subjek. Setiap anggota tim tidak hanya bertanggung jawab untuk belajar
apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga
menciptakan suasana prestasi. Siswa bekerja melalui tugas sampai semua anggota
kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
C. Ciri – Ciri Cooperative Learning
Model
pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:
1)
untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif,
2)
kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah,
3)
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku,
budaya jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok
terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan
4)
penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
Dalam pembelajaran kooperatif, dua atau
lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan
bersama. Menurut Ibrahim dkk. siswa yakin bahwa tujuan mereka akan
tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk
itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk
bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
D. Tujuan Dari
Cooperative Learning
Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting. Menurut Depdiknas tujuan
·
Pertama
pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan
menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan
bahasa yang sama.
·
Sedangkan tujuan yang kedua,
pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan
tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat
sosial.
·
Tujuan penting ketiga dari
pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial
siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
E. Jenis Cooperative
Learning
Formal: terstruktur, difasilitasi,
dan dipantau oleh pendidik dari waktu ke waktu dan digunakan untuk mencapai
tujuan kelompok dalam pekerjaan tugas (misalnya menyelesaikan sebuah unit).
Setiap materi pelajaran atau tugas dapat disesuaikan dengan jenis pembelajaran,
dan kelompok dapat bervariasi dari 2-6 orang dengan diskusi yang berlangsung
dari beberapa menit hingga periode. Jenis formal strategi pembelajaran
kooperatif meliputi jigsaw, tugas yang melibatkan kelompok pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, tugas laboratorium atau eksperimen, dan bekerja peer
review (misalnya mengedit tugas menulis). Memiliki pengalaman dan keterampilan
berkembang dengan tipe ini sering memfasilitasi pembelajaran dan basis informal
belajar.
Informal: menggabungkan kelompok
belajar dengan mengajar pasif dengan menarik perhatian ke materi melalui
kelompok-kelompok kecil di seluruh pelajaran atau dengan diskusi pada akhir
pelajaran, dan biasanya melibatkan kelompok dua (misalnya-untuk-anda-mitra
diskusi giliran). Kelompok-kelompok ini seringkali sementara dan dapat berubah
dari pelajaran pelajaran (sangat banyak tidak seperti formal belajar tempat 2
siswa dapat mitra laboratorium sepanjang semester seluruh berkontribusi
terhadap satu sama lain pengetahuan ilmu). Diskusi biasanya memiliki empat komponen
yang meliputi merumuskan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidik,
berbagi tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan dengan pasangan,
mendengarkan tanggapan pasangan untuk pertanyaan yang sama, dan menciptakan
jawaban yang baru berkembang dengan baik. Jenis pembelajaran memungkinkan siswa
untuk proses, mengkonsolidasikan, dan menyimpan informasi lebih belajar.
Group Base: kelompok-kelompok sebaya
berkumpul bersama selama jangka panjang (misalnya selama setahun, atau beberapa
tahun seperti di sekolah tinggi atau menengah studi pasca) untuk mengembangkan
dan berkontribusi satu sama lain penguasaan pengetahuan tentang topik dengan
teratur membahas material, mendorong satu sama lain, dan mendukung keberhasilan
akademis dan pribadi anggota kelompok. Base kelompok belajar efektif untuk
belajar materi pelajaran yang kompleks selama atau semester dan menetapkan
peduli, hubungan peer mendukung, yang pada gilirannya memotivasi dan memperkuat
komitmen siswa untuk pendidikan kelompok sambil meningkatkan harga diri dan
harga diri. Base pendekatan kelompok juga membuat para siswa bertanggung jawab
untuk mendidik peer group mereka dalam hal anggota tidak hadir untuk pelajaran.
Hal ini efektif baik untuk pembelajaran individu, serta dukungan sosial.
F. Unsur – unsur Dalam Cooperative Learning
Brown &
Ciuffetelli Parker (2009) membahas 5 dan penting elemen dasar untuk
pembelajaran kooperatif :
1. Interdependensi Positif
- Siswa
sepenuhnya harus berpartisipasi dan melahirkan upaya dalam kelompok mereka
- Setiap
anggota kelompok memiliki tugas / peran / tanggung jawab karena itu harus
percaya bahwa mereka bertanggung jawab untuk belajar mereka dan bahwa
kelompok mereka
2. Ke-Face-Face promotif Interaksi
- Anggota
masing-masing mempromosikan keberhasilan orang lain
- Siswa
menjelaskan kepada satu sama lain apa yang mereka miliki atau belajar dan
membantu satu sama lain dengan pemahaman dan penyelesaian tugas
3. Akuntabilitas Individual
- Setiap
siswa harus menunjukkan master konten yang sedang dipelajari
- Setiap
siswa bertanggung jawab untuk belajar dan kerja, karena itu menghilangkan
"kemalasan sosial"
4. Keterampilan Sosial
- Sosial
keterampilan yang harus diajarkan di koperasi yang sukses agar
pembelajaran terjadi
- Keterampilan
termasuk keterampilan komunikasi yang efektif, interpersonal dan kelompok
i. Kepemimpinan
ii. Pengambilan keputusan
iii. Trust-building
iv. Komunikasi
v. keterampilan manajemen konflik
5. Pengolahan kelompok
- Setiap
kelompok begitu sering harus menilai efektivitas mereka dan memutuskan
bagaimana dapat ditingkatkan.
G.
Model – Model Cooperative Learning
Adapun model – model cooperative
learning yang dapat kita gunakan adalah :
1.
Model STADS (Student
Team Achievement Division)
2. Model JIGSAW II
3. Model TGT (Team Games Tournament)
4. Model Group Investigation
5. Model Cari Pasangan
6.
Model Tukar Pasangan
Model STADS (Student Team Achievement Division)
Penyajian dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
Diskusi kelompok berdasarkan permasalahan yang
disampaikan guru (Heterogen).
Setelah itu dilakukan tes/kuis/silang tanya jawab antara
kelompok siswa.
Adanya penguatan dari guru.
Model JIGSAW II
Siswa secara individu maupun kelompok (heterogen)
mengkaji bahan ajar.
Bentuk kelompok ahli (homogen) untuk diskusi (pendalaman
materi)
Kembali ke kelompok asal (heterogen)
Tes/kuis untuk mengukur kemampuan siswa secara individual
Diskusi terbuka.
Model TGT (Team Games Tournament)
Identifikasi masalah, siswa dan guru mencoba mengajukan
masalah / kasus yang berkaitan dengan materi / konsep yang sudah dipelajari dalam
pertemuan sebelumnya, atau melalui tugas membaca di rumah.
Masalah di pecahkan
bersama dalam kelompok.
Hasil pemecahan masalah disajikan dalam bentuk turnament,
ada kompetisi untuk penyajian / pemecahan masalah terbaik. Guru dan beberapa
siswa berperan menjadi penilai
1.
Jigsaw - Kelompok dengan lima
siswa yang mengatur. Setiap anggota kelompok diberikan beberapa materi yang
unik untuk belajar dan kemudian mengajarkan kepada anggota kelompoknya. Untuk
membantu siswa dalam pembelajaran di kelas yang bekerja pada bagian sub-sama
berkumpul untuk memutuskan apa yang penting dan bagaimana mengajarkannya.
Setelah latihan ini "ahli" kelompok reformasi kelompok asli dan
mengajar setiap siswa lainnya. (Kayu, hal 17) Pengujian atau penilaian
berikut.
|
2.
Think-Pair-Share - Melibatkan struktur
koperasi langkah ketiga. Selama tahap pertama orang diam-diam berpikir
tentang pertanyaan yang diajukan oleh instruktur. Individu berpasangan selama
langkah kedua dan bertukar pikiran. Pada langkah ketiga, pasangan yang
berbagi tanggapan dengan pasangan lain, tim lain, atau seluruh grup.
|
3. Tiga-Langkah
Wawancara (Kagan) - Setiap
anggota tim memilih anggota lain untuk menjadi mitra. Selama tahap pertama orang wawancara mitra mereka dengan
mengajukan pertanyaan mengklarifikasi. Selama
tahap kedua mitra sebaliknya peran. Untuk langkah
terakhir, anggota berbagi mitra respon mereka dengan tim.
|
4. (Kagan) Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil (4 sampai 6) dengan satu orang ditunjuk sebagai perekam.
Sebuah pertanyaan yang diajukan dengan banyak jawaban dan
siswa diberi waktu untuk berpikir tentang jawaban. Setelah "waktu berpikir," anggota tim berbagi
tanggapan dengan satu sama lain gaya round robin. Perekam
menulis jawaban anggota kelompok. Orang sebelah
perekam dimulai dan setiap orang dalam grup agar memberi jawaban sampai waktu
dipanggil.
|
5. Tiga
menit meninjau
Guru menghentikan waktu selama kuliah atau diskusi dan memberikan tim tiga
menit untuk meninjau apa yang telah dikatakan, tanyakan memperjelas
pertanyaan atau menjawab pertanyaan.
|
6. Bernomor
Kepala Bersama (Kagan) Sebuah tim dari
empat didirikan. Setiap anggota diberi nomor 1 2, 3, 4. Pertanyaan diminta
kelompok. Kelompok bekerja sama untuk menjawab pertanyaan sehingga semua
lisan bisa menjawab pertanyaan itu. Guru panggilan dari nomor (dua) dan
masing-masing dua diminta untuk memberikan jawabannya.
|
7. Tim
Pair Solo
(Kagan) - Mahasiswa melakukan masalah pertama sebagai sebuah tim, kemudian
dengan pasangan, dan akhirnya mereka sendiri. Hal ini dirancang untuk memotivasi siswa untuk mengatasi dan
berhasil pada masalah yang awalnya berada di luar kemampuan mereka. Hal ini didasarkan pada gagasan sederhana mediated belajar.
Siswa dapat melakukan lebih banyak hal dengan bantuan
(mediasi) daripada mereka bisa melakukannya sendiri. Dengan membiarkan mereka untuk bekerja pada masalah mereka
tidak bisa melakukannya sendiri, pertama sebagai sebuah tim dan kemudian
dengan pasangan, mereka maju ke satu titik mereka bisa melakukannya sendiri
yang pada awalnya mereka bisa lakukan hanya dengan bantuan.
|
8. Lingkari
Sage (Kagan) - Pertama jajak pendapat guru
kelas untuk melihat siswa memiliki pengetahuan khusus untuk berbagi. Misalnya
guru akan meminta yang di kelas mampu memecahkan pertanyaan PR matematika
yang sulit, yang pernah mengunjungi Meksiko, siapa tahu reaksi kimia yang
terlibat dalam cara pengasinan jalanan membantu menghilang salju. Mereka
siswa (orang bijak) berdiri dan tersebar di kamar. Guru kemudian memiliki sisa
setiap sekelas surround bijak, dengan tidak ada dua anggota tim yang sama
pergi ke bijak sama. bijak menjelaskan apa yang mereka ketahui sementara
teman sekelas mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan mengambil catatan.
Semua siswa kemudian kembali ke tim mereka. Masing-masing pada gilirannya,
menjelaskan apa yang mereka pelajari. Karena masing-masing telah pergi ke
seorang bijak yang berbeda, mereka membandingkan catatan. Jika ada
ketidaksepakatan, mereka berdiri sebagai sebuah tim. Akhirnya, perbedaan pendapat
ditayangkan dan diselesaikan.
|
9. Partners (Kagan) Kelas dibagi menjadi empat tim.
Mitra pindah ke salah satu sisi ruangan. Setengah dari setiap tim diberikan tugas untuk menguasai untuk
dapat mengajar separuh lainnya. Mitra kerja untuk
belajar dan dapat berkonsultasi dengan mitra lain yang bekerja pada bahan
yang sama. Tim kembali bersama dengan setiap set
mitra mengajar set yang lain. Mitra kuis dan rekan
tim tutor. Tim review seberapa baik mereka belajar
dan mengajarkan dan bagaimana mereka dapat meningkatkan proses.
|
H. Dampak Positif
Cooperative Learning
Menurut
Ibrahim, dkk. pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa
yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil
belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode
pembelajaran kooperatif, antara lain:
1) siswa mempunyai tanggung
jawab dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran,
2) siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
3) meningkatkan ingatan
siswa, dan
4) meningkatkan kepuasan
siswa terhadap materi pembelajaran.
Slavin
menyatakan penelitian tentang berikut pada pembelajaran kooperatif yang sesuai
dengan (2010) Brady & Tsay temuan (seperti dikutip dalam Brown &
Ciuffetelli Parker, 2009, hal 507).
- Siswa menunjukkan
prestasi akademik
- metode pembelajaran
kooperatif biasanya sama efektif untuk semua tingkatan kemampuan.
- Koperasi adalah
pembelajaran afektif untuk semua kelompok etnis
- Mahasiswa persepsi satu
sama lain adalah disempurnakan bila diberi kesempatan untuk bekerja dengan
satu sama lain
- Pembelajaran kooperatif
meningkatkan harga diri dan konsep diri
- Etnis dan fisik / cacat
mental hambatan dipecah memungkinkan untuk interaksi positif dan
persahabatan terjadi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil adalah :
- Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode
pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab
dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran, 2) siswa dapat mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan
4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
- Bermanfaat untuk meningkatkan sikap positif terhadap
lingkungan belajar termasuk guru, kemauan kerjasama, kemampuan nalar,
keterlibatan emosional, interaksi antar siswa dan dukungan sosial,
membangun rasa percaya melalui komunikasi yang terbuka antar anggota,
keadilan bagi semua anggota dan dukungan yang pantas dan jujur demi tujuan
bersama.
- Mengapa diperlukan pendekatan cooperative learning?
1. Siswa berbeda satu sama lain.
2. Belajar membutuhkan bermacam – macam konteks.
3. Belajar bukan hanya terjadi dalam diri seseorang secara
individual tetapi lebih – lebih merupakan proses sosial antara individu dengan
orang lain.
4. Hubungan saling bergantung secara sosial (social
interdependence), simbiosis.
5. Sebagai bagian dari kecakapan hidup (Life skills)
Daftar Pustaka
1.
^ Gilles, RM,
& Adrian, F. (2003). Pembelajaran Kooperatif: The Hasil sosial dan
intelektual Belajar di Grup. London: Tekan Farmer.
2.
^ Mei, M. dan
Doob, L. (1937). Kerjasama dan Persaingan. New York: Dewan Penelitian Ilmu
Sosial
3.
^ Sharan, Y.
(2010). Pembelajaran Kooperatif untuk Keuntungan Akademik dan Sosial: pedagogi
terhormat, praktek bermasalah. Eropa Jurnal Pendidikan, 45, (2), 300-313.
4.
^ Sharan, Y. (2010).
Pembelajaran Kooperatif untuk Keuntungan Akademik dan Sosial: pedagogi
terhormat, praktek bermasalah. Eropa Jurnal Pendidikan, 45, (2), 300-313.
5.
^ Johnson, D.,
Johnson, R. (1975). Belajar bersama-sama dan sendirian, kerjasama, persaingan,
dan individualisasi. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
6.
^ Johnson, D.,
Johnson, R. (1994). Belajar bersama-sama dan sendirian, koperasi, kompetitif,
dan belajar individualistis. Needham Heights, MA: Prentice-Hall.
7.
^ Johnson, D.,
Johnson, R., & Holubec, E. (1988). Advanced Belajar Koperasi. Edin, MN:
Interaksi Buku Perusahaan.
8.
^ Johnson, D.,
Johnson, R., & Holubec, E. (1988). Advanced Belajar Koperasi. Edin, MN:
Interaksi Buku Perusahaan.
9.
^ Johnson, D.,
Johnson, R., & Holubec, E. (1988). Advanced Belajar Koperasi. Edin, MN:
Interaksi Buku Perusahaan
10. David dan Roger Johnson. "Pembelajaran Kooperatif." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.clcrc.com/pages/cl.html >.
11. David dan Roger Johnson. "Suatu Tinjauan tentang Pembelajaran Koperasi." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html >.
12. Howard Community College Sumber Pengajaran. "Gagasan tentang Pembelajaran Kooperatif dan penggunaan Kelompok Kecil." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.howardcc.edu/profdev/resources/learning/groups1.htm >.
13. Kagan, S. Struktur Kagan untuk Kecerdasan Emosional. Kagan Majalah Online. 2001, 4 (4). http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html
14. Kagan, Spencer. Belajar Koperasi. San Clemente, CA: Kagan Publishing, 1994. www.KaganOnline.com
10. David dan Roger Johnson. "Pembelajaran Kooperatif." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.clcrc.com/pages/cl.html >.
11. David dan Roger Johnson. "Suatu Tinjauan tentang Pembelajaran Koperasi." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.clcrc.com/pages/overviewpaper.html >.
12. Howard Community College Sumber Pengajaran. "Gagasan tentang Pembelajaran Kooperatif dan penggunaan Kelompok Kecil." [Online] 15 Oktober 2001. < http://www.howardcc.edu/profdev/resources/learning/groups1.htm >.
13. Kagan, S. Struktur Kagan untuk Kecerdasan Emosional. Kagan Majalah Online. 2001, 4 (4). http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html
14. Kagan, Spencer. Belajar Koperasi. San Clemente, CA: Kagan Publishing, 1994. www.KaganOnline.com